Daftar Isi
Teratai telah menjadi simbol kemurnian sejak sebelum masa Buddha, dan mekar subur dalam seni dan sastra Buddha. Akarnya berada di air berlumpur, tetapi bunga teratai muncul di atas lumpur untuk mekar bersih dan harum.
Dalam seni Buddha, bunga teratai yang mekar sempurna menandakan pencerahan, sementara kuncup yang tertutup melambangkan waktu sebelum pencerahan. Kadang-kadang bunga terbuka sebagian, dengan bagian tengahnya tersembunyi, menunjukkan bahwa pencerahan berada di luar pandangan biasa.
Lumpur yang menyuburkan akar melambangkan kehidupan manusia yang berantakan. Di tengah-tengah pengalaman dan penderitaan kita sebagai manusia, kita berusaha untuk membebaskan diri dan mekar. Namun, sementara bunga itu muncul di atas lumpur, akar dan batangnya tetap berada di dalam lumpur, di mana kita menjalani kehidupan kita. Sebuah syair Zen mengatakan, "Semoga kita hidup di dalam air berlumpur dengan kesucian, seperti bunga teratai."
Bangkit dari lumpur untuk mekar membutuhkan keyakinan yang besar pada diri sendiri, pada latihan, dan pada ajaran Buddha. Jadi, bersama dengan kemurnian dan pencerahan, teratai juga melambangkan keyakinan.
Teratai dalam Kanon Pali
Buddha dalam sejarahnya menggunakan simbolisme teratai dalam khotbah-khotbahnya. Sebagai contoh, dalam Dona Sutta (Pali Tipitika, Anguttara Nikaya 4.36), Buddha ditanya apakah beliau adalah dewa, dan beliau menjawab bahwa beliau adalah dewa,
"Seperti halnya teratai merah, biru, atau putih-terlahir di dalam air, tumbuh di dalam air, muncul di atas air-berdiri tanpa ternoda oleh air, demikian pula aku-terlahir di dunia, tumbuh di dunia, setelah mengatasi dunia-hidup tanpa ternoda oleh dunia. Ingatlah aku, brahmana, sebagai 'yang telah terbangun'." [Terjemahan Thanissaro Bhikkhu]Di bagian lain dari Tipitaka, Theragatha ("syair-syair dari para bhikkhu yang lebih tua"), terdapat sebuah puisi yang dikaitkan dengan murid Udayin:
Seperti bunga teratai,Muncul dalam air, mekar,
Beraroma murni dan menyenangkan pikiran,
Namun tidak basah kuyup oleh air,
Dengan cara yang sama, terlahir di dunia,
Sang Buddha tinggal di dunia;
Dan seperti teratai di dekat air,
Dia tidak akan basah kuyup oleh dunia." (Terjemahan Andrew Olendzki)
Penggunaan Lain dari Teratai sebagai Simbol
Bunga teratai adalah salah satu dari Delapan Simbol Keberuntungan dalam agama Buddha.
Menurut legenda, sebelum Buddha lahir, ibunya, Ratu Maya, memimpikan seekor gajah jantan putih yang membawa teratai putih di belalainya.
Lihat juga: Keajaiban Kunang-Kunang, Mitos dan LegendaPara Buddha dan Bodhisattva sering digambarkan duduk atau berdiri di atas alas teratai. Buddha Amitabha hampir selalu duduk atau berdiri di atas teratai, dan beliau juga sering memegang teratai.
Lihat juga: Definisi Liturgi dalam Gereja KristenSutra Teratai adalah salah satu sutra Mahayana yang paling dihormati.
Mantra terkenal Om Mani Padme Hum secara kasar diterjemahkan menjadi "permata di jantung teratai."
Dalam meditasi, posisi lotus mengharuskan melipat kaki sehingga kaki kanan bertumpu pada paha kiri, dan sebaliknya.
Menurut sebuah teks klasik yang dikaitkan dengan Guru Soto Zen Jepang Keizan Jokin (1268-1325), "Transmisi Cahaya ( Denkoroku )," Buddha pernah memberikan khotbah hening di mana beliau mengangkat sebuah teratai emas. Muridnya, Mahakasyapa, tersenyum. Buddha menyetujui realisasi pencerahan Mahakasyapa, dengan berkata, "Saya memiliki perbendaharaan mata kebenaran, pikiran Nirvana yang tak terlukiskan, dan ini saya percayakan kepada Kasyapa."
Pentingnya Warna
Dalam ikonografi Buddhis, warna teratai menyampaikan makna tertentu.
- A teratai biru Biasanya melambangkan kesempurnaan kebijaksanaan, dan diasosiasikan dengan bodhisattva Manjusri. Di beberapa aliran, teratai biru tidak pernah mekar sempurna, dan bagian tengahnya tidak dapat dilihat. Dogen menulis tentang teratai biru di dalam Kuge (Bunga Angkasa) karya Shobogenzo.
- A teratai emas melambangkan pencerahan yang terealisasi dari semua Buddha.
- A teratai merah muda melambangkan Buddha dan sejarah serta suksesi para Buddha.
- Dalam ajaran Buddha esoterik, seorang teratai ungu langka dan mistis serta dapat menyampaikan banyak hal, tergantung pada jumlah bunga yang bergerombol.
- A teratai merah dikaitkan dengan Avalokiteshvara, bodhisattva welas asih, dan juga dikaitkan dengan hati dan sifat asli kita yang murni.
- The teratai putih menandakan kondisi mental yang dimurnikan dari semua racun.